Selamat Datang

Selamat Datang Ke Laman Perguruan Silat Lintau Yang Asli... Silat Lintau Yang Berasal Dari Tepi Selo, Lintau Buo Utara.

PERTUBUHAN SILAT LINTAU KELANTAN: PERSILEK Headline Animator

Monday, 28 February 2011

Pencak Silat Dalam Tinjauan Historis

Perkembangan sejarah pencak silat di indonesia lebih tua dari pada sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, karena sebelumnya NKRI ini masih berbentuk kerajaan-kerajaan kecil yang disebut dengan nama Nusantara dan belum dinamakan Indonesia seperti setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya hingga hari ini.
Waktu itu pencak silat atau masih disebut silat sudah dikenal di berbagai daerah yang  masih berbentuk kerajaan-kerajaan kecil di tiap wilayah Nusantara seperti Kerajaan  Aceh, Kerajaan Mataram,Kerajaan Minangkabau,Kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan lain-lain, sampai pada saat Kerajaan Majapahit bisa menguasai dan menyatukan kerajaan-kerajaan di nusantara dibawah satu kepemimpinan dibawah mahapatih Gajah Mada dan Rajanya Hayam Wuruk, yang selanjutnya diteruskan oleh Kerajaan Islam Demak yang juga menyatukan wilayah Nusantara. pada waktu itu prajurit-prajurit di setiap kerajaan sudah dibekali dengan ketrampilan dan teknik-teknik pembelaan diri sesuai dengan teknik silat yang berkembang pada waktu itu dari berbagai daerah yang ada di nusantara, letak geografis dan etnis yang ada di nusantara waktu itu juga sangat mempengaruhi perkembangan teknik silat disetiap wilayah nusantara, bahkan dari berbagai keterangan yang ada bahwa pencak silat nusantara waktu itu  juga dipengaruhi oleh budaya dan agama yang masuk ke nusantara seperti budaya hindu,budha yang dibawa oleh para pedagang dari India, China, dan juga pengaruh dari para pedagang  Arab dan Turki yang beragama Islam. Bahkan mungkin jauh sebelum kedatangan Islam di Jazirah Arab, karena menurut sejarah para pedagang Arab sudah menjalin hubungan dagang dengan kerajaan Nusanatara jauh sebelum kedatangan Islam seperti contoh kapur barus yang digunakan untuk membalsem mayat atau mummi di Mesir pada waktu itu didatangkan dari daerah baros Sumatera Utara, dan juga dari kajian sejarah yang ada bahwa ada dua sumber besar silat yang mempengaruhi perkembangan  silat di Nusantara yaitu silat dari Minangkabau dan silat dari Tatar Pasundan, dan perkembangan selanjutnya tradisi silat diturunkan secara turun temurun baik dari silsilah keluarga maupun orang – orang terdekat dengan informasi yang menyebar dari mulut ke mulut, dan ditambah karena situasi setelah kedatangan penjajah di bumi Nusantara, perkembangan silat memasuki era ketertutupan karena khawatir diketahui penjajah dan dianggap sebagai pemberontak, kisah-kisah para pendekar-pendekar yang digjaya bermunculan dari masa kemasa dari zaman dulu sebelum kedatangan penjajah sampai Indonesia merdeka hingga hari ini, seperti kisah keperkasaan Patih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit,atau kisah Cindue Mato dari Kerajaan Minangkabau, Raja Sisinga Mangaraja dari Tapanuli, kepiawaian Mpu Tantular dalam membuat keris dan memainkannya dan masih sangat banyak cerita-cerita yang lainnya sebelum kedatangan penjajah di kepulauan Nusantara pada abad ke 15 , dan pada zaman penjajah juga banyak kisah-kisah kependekaran dari berbagai daerah dinusantara seperti kisah Bang Pitung dari Betawi, Pangeran Diponegoro dari Jawa Tengah, Tuanku Imam Bonjol  dari Minang dan kisah pejuang-pejuang lainnya yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia yang menyebar dari sabang sampai merauke.
Bukti tertulis mengenai asal muasal pencak silat di Nusantara sangat sulit ditemukan , paling sebagai contoh yang ada yaitu perkembangan silat di Minangkabau yang terdapat dalam Tambo Alam Minangkabau bahwa silat atau silek diciptakan oleh Datuk Suri Diraja dari daerah Pariangan Tanah Datar dilereng gunung Merapi Sumatera Barat  pada abad ke-XI.  Kemudian silek dibawa dan dikembangkan oleh para perantau Minang ke seluruh Asia Tenggara seperti yang kita liat pada hari ini diberbagai negara melayu seperti Malaysia, Brunei, Singapura,dan lain-lain.
Kebanyakan sejarah pencak silat di Indonesia dikisahkan melalui legenda yang bermacam-macam dari satu daerah dan daerah lainnya. Seperti asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang wanita yaitu istri Uwa Khair yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet pada saat mencuci baju disungai, dan kemudian ia meniru gerakan perkelahian kedua binatang tersebut sehingga muncullah aliran silat Cimande. Asal mula ilmu silat di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, arit, golok, tombak,panah dll. Seperti yang saat ini kita liat di berbagai suku terbelakang di Indonesia yang hingga abad XX relatif belum tersentuh pengaruh dari luar seperti Suku Nias, Dayak pedalaman, dll.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad VII Masehi, akan tetapi asal mulanya belum dapat dipastikan karena belum ada bukti otentik tentang itu. Meskipun demikian, silat saat ini telah diakui sebagai budaya asli Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan daerah Semenanjung Malaka serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan Bahasa Melayu di berbagai daerah di berbagai pulau di Indonesia seperti Jawa, Bali, Kalimantan,  Sulawesi dan pulau-pulau yang lainya yang juga mengembangkan sebentuk silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, itilah silat itu sama dengan silek.
Seperti dituturkan diatas bahwa silat di kepulauan nusantara dipengaruhi oleh budaya India, Cina, Arab dan Turki, hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan melayu (termasuk Pencak Silat) adalah kebudayaan yang sangat terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh para pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli. Maka kiranya sejarah pencak silat itu lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu. Sehingga, setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini sebuah legenda bahwa hang tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal seperti itu juga yang terjadi di Pulau Jawa, yang membanggakan Mapatih Gajah Mada.
Perkembangan dan penyebaran silat secara histories di Nusantara mulai tercatat ketika penyebaran dan pengajarannya banyak dipengaruhi oleh kaum Ulama, seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 masehi. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. waktu itu pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau seperti yang sangat membudaya di Minangkabau karena pengaruh sistem matriliniar maka anak laki-laki yang sudah baligh tidak tidur dirumah orang tuanya tapi tidur disurau sambil belajar mengaji dan belajar silat sama angku surau atau ustadnya. setelah itu silat lalu berkembang dari sekedar ilmu beladiri dan kesenian tradisional rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Di samping itu juga pencak silat menjadi bagian dari latihan spiritual dan kebatinan.
Silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal walaupun masih banyak silat-silat di Indonesia yang masih sangat tradisional dan tertutup seperti kebiasaan di zaman penjajajah. Maka mulailah dibentuk Organisasi-organisasi silat secara nasional  seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. dan mulai tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa serta negara-negara lainnya didunia seperti di Afrika. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional,seperti yang dipertandingkan dalam Sea Games dan ada wacana kalau silat juga akan di pertandingkan di ajang Olimpiade.
tulisan ‘bayu umbara’, dikutip dari artikel waroeng silat

Sunday, 27 February 2011

Teknik Asas Silat Lintau Tanah Datar

Gerak Langkah Yang Dipamerkan Ini Merupakan Langkah Asas Dalam Silat Lintau. 


Menurut Fahaman Saya, Silat Lintau Merupakan Silat Yang Lengkap Merangkumi Langkah Dari Satu Hingga Sembilan.



Kenapa Sembilan Sahaja? Bukankah Dalam Alam Silat Melayu Ada Mengatakan Perlangkahan Duabelas? 



Kalau Diperhatikan Betul-Betul, Angka Yang Wujud Hanyalah Satu Hingga Sembilan Sahaja. Yang Faham, Faham Lah, Yang Tak Faham Maksud Ini Lain Kali Lah Saya Terangkan Ya…



Silat Lintau Yang Diperturunkan Oleh Pendekar Talib Yang Berasal Dari Nagari Lintau Dinamakan Silat Lintau Tapak Tiga Untuk Membedakannya Dengan Silat Lintau Langkah Empat. 



Silat Lintau Langkah Empat Merupakan Satu Daripada Sembilan Langkah Yang Terdapat Dalam Silat Lintau.



Kesimpulannya, Silat Lintau Pendekar Talib Merupakan Silat Lintau Yang Penuh.



Akan datang... video.......

Friday, 25 February 2011

KHALIFAH...

SEORANG KHALIFAH IALAH HAMBA ALLAH YANG TAAT PADA PERINTAH ALLAH DAN MELAKSANAKAN SURUHAN ALLAH

GARIS PANDUAN SILAT MENURUT ISLAM

GARIS PANDUAN SILAT MENURUT ISLAM

1. TUJUAN

1.1. Garis panduan ini disediakan untuk dijadikan panduan kepada umat Islam khususnya mereka yang terlibat dengan amalan seni mempertahankan diri tradisional (silat) supaya terhindar dari amalan yang bertentangan dengan akidah dan syariat Islam yang sebenar.

2. PENDAHULUAN

2.1. Islam amat menitikberatkan soal-soal akidah dan syariah. Segala amalan dan kepercayaan yang tidak berdasarkan kepada sumber-sumber asal Al-Quran, Hadis, Ijmak dan Qias adalah ditolak. Kepercayaan-kepercayaan dan amalan-amalan tertentu dalam masyarakat Islam di Malaysia sedikit sebanyak ada hubungkaitnya dengan pengaruh fahaman Anamisme, Dinamisme, Hindu, Buddha dan Syiah (Ghulu) yang sebahagiannya telah menjadi darah daging kepada pengamal suci mempertahankan diri tradisional (silat). Oleh itu gari panduan ini perlu dijadikan asas dan panduan supaya dapat mengelakkan diri dari terjerumus ke dalam penyelewengan akidah dan syariat Islam. Allah berfirman dalam surah Yunus, ayat 106:

ولا تدع من دون الله ما لا ينفعك ولا يضرك فان فعلت فانك اذا من الظالمين
(سورة يونس : 106)

Bermaksud:

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang zalim”.

2.2. Dalam sejarah Islam memang wujud pahlawan-pahlawan yang tekemuka di kalangan para sahabat Rasulullah s.a.w. Mereka telah berjuang menentang Musyrikin Quraisy dan penentang-penentang ajaran Islam dari kalangan Munafikin. Antara sahabat berkenaan ialah Saidina Ali, Khalid Ibnu Walid, Amru b. As-As, Abu Ubaidah b. Al-Jarrah, Saad b. Abi Waqas dan lain-lain lagi. Di dalam Al-Quran didapati banyak ayat-ayat yang menunjukkan bahawa perlunya umat Islam mempersiapkan diri dan kelengkapan senjata serta kemudahan-kemudahan yang perlu untuk mempertahankan agama, diri dan negara. Antaranya ayat 61 surah Al-Anfaal:
وان جنحوا للسلم فاجنح لها وتوكل على الله انه هو السميع العليم
(الانفال : 61)

Bermaksud:

“Dan jika mereka (pihak musuh) cenderung kepada perdamaian, maka engkau juga hendaklah cenderung kepadanya serta bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Ia Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui”.

2.3. Di dalam ilmu persilatan terdapat beberapa syarat yang perlu dipatuhi sama ada ketika hendak masuk silat, setelah masuk atau selepas tamat dan diijazahkan. Di antara syarat-syarat tersebut:

(a) menyediakan pengeras seperti pulut kuning, limau purut, kain putih, bayaran pengeras dan sebagainya.
(b) mandi dengan air mandian tertentu sebagai lambang membersihkan segala kekotoran zahir dan batin.
(c) tidak boleh meninggalkan sembahyang.
(d) Tidak boleh banyak bertanya ketika guru sedang mengajar atau mempersoalkan sebarang tindakan guru.
(e) Melakukan gerak silat membuka atau menutup gelanggang setiap kali memula atau menamatkan latihan silat.

2.4. Guru memainkan peranan penting di dalam menyampaikan sesuatu ilmu bagi menjamin kesahihan dan kesempurnaan ilmu tersebut. Di dalam ilmu persilatan, guru adalah lambang kesempurnaan.

2.5. Sesuatu seni mempertahankan diri tradisional (silat) itu perlulah didasarkan kepada garis pandua berikut bagi mengenalpasti ianya terhindar dari perkara-perkara yang bercanggah dengan syariat Islam:

(a) Asal Usul Silat
(b) Syarat-Syarat Silat
(c) Guru Silat
(d) Ikrar Sumpah dan Taat Setia
(e) Pantang Larang
(f) Adab
(g) Gerak Langkah
(h) Amalan Dalam Silat
(i) Pengijazahkan
(j) Matlamat Silat

3. GARIS PANDUAN SILAT DAN SENI MEMPERTAHANKAN DIRI

3.1. Asal-Usul Silat

3.1.1. Demi menjaga kesucian akidah Islam, beberapa perkara perlu diambil perhatian iaitu setiap individu atau kumpulan tidak boleh mendakwa bahawa:

(a) Silat mereka bersumber dari Nabi Muhammad s.a.w. para anbia atau diambil dari Al-Quran dan Hadis atau berasal dari amalan para sahabat Nabi s.a.w.

(b) Teknik atau pergerakan persilatannya berasal dari ibadat-ibadat tertentu seperti rukun-rukun sembahyang.

(c) Seni silat mereka bersumberkan mimpi bertemu Rasulullah s.a.w. atau para anbia yang lain atau para sahabat serta ulama.

3.2. Syarat-syarat Silat

3.2.1. Bagi mempastikan syarat-syarat di dalam ilmu persilatan tidak bercanggah dengan ajaran Islam maka:

(a) Semua perkara yang wajib dilakukan atau ditinggalkan oleh seorang Islam, yang mukallaf tidak boleh dijadikan syarat di dalam silat seperti sembahyang, puasa, jangan durhaka kepada ibubapa, sehingga mendatangkan anggapan bahawa perkara wajib tersebut menjadi wajib hanya apabila dijadikan syarat.

(b) Tidak boleh mengaitkan sesuatu pengeras dengan suatu akibat yang dipercayai boleh merosakkan pegangan akidah.

(c) Tidak boleh percaya kepada sial seperti mandi membuang sial atau mandi-mandi tertentu yang dikaitkan dengan persilatan.

(d) Tidak boleh melakukan gerak silat atau bacaan tertentu yang mengandungi unsur-unsur meminta izin atau bantuan dari kuasa-kuasa makhluk “ghaib” dalam acara “gerak membuka atau menutup gelanggang”, “’ayat kebal” atau “pukulan angin maut” atau sembelih ayam dalam gelanggang.

(e) Tidak boleh mentaati guru atau seseorang pada perkara-perkara yang jelas bercanggah dengan akidah dan syariat Islam.

(f) Sebarang syarat yang bertentangan dengan akidah, syariah dan akhlak Islam.

3.3. Guru Silat

3.3.1. Guru silat yang beragama Islam hendaklah bukan terdiri daripada:

(a) mereka yang melakukan perkara-perkara syirik, sama ada melalui perkataan, perbuatan atau iktikad.

(b) mereka yang melakukan maksiat/jenayah dan yang bertentangan dengan moral.

(c) pemecah belah masyarakat.

(d) Mereka yang mentafsir ajaran agama Islam mengikut hawa nafsu.

3.3.2. Jika seseorang guru silat hendak melibatkan diri dalam hal agama hendaklah mengetahui asas-asas agama Islam sama ada fardhu ain atau fardhu kifayah seperti rukun Islam, rukun Iman, cara mengerjakan sembahyang dan sebagainya.

3.3.3. Guru silat dilarang memasukkan atau menggunakan unsur-unsur yang bercanggah dengan Islam seperti sihir dan ilmu kebal di dalam ilmu persilatan.

3.4. Ikrar Sumpah Dan Taat Setia

3.4.1. Sumpah tidak dibolehkan sebaliknya hanya ikrar.

3.4.2. Murid-murid tidak boleh taat secara membuat tuli kepada guru. Mereka hendaklah mengikut perintah guru selama tidak bercanggah dengan perintah Allah.

3.4.3. Sumpah tidak boleh digunakan kepada perkara-perkara yang telahpun diwajibkan di dalam Islam seperti bersumpah akan taat kepada ibubapa, bersumpah akan taat kepada Allah dan Rasul dan sebagainya.

3.4.4. Bacaan-bacaan, amalan dan ikrar yang terdapat di dalam sumpah hendaklah mengandungi perkara-perkara yang tidak bercanggah dengan akidah dan syariat Islam seperti memuja dewa, atau nama berhala.

3.4.5. Di dalam upacara sumpah dan bai’ah sama ada dari segi fizikal atau mental hendaklah tidak mempunyai unsur-unsur yang mensyirikkan Allah dan menjatuhkan maruah seseorang sebagai umat Islam.

3.5. Pantang Larang

3.5.1. Suatu pantang larang hendaklah bukan daripada perkara-perkara yang jelas diwajibkan di dalam Islam seperti tidak meninggalkan sembahyang, jangan berkelahi sesama ahli dan sebagainya.

3.5.2. Suatu pantang larang tidak boleh dikaitkan dengan unsur-unsur pemujaan, meminta izin, perlindungan atau bantuan daripada makhluk-makhluk ghaib seperti larangan berludah kerana ditakuti tidak menjadi.

3.5.3. Tidak boleh memenuhi kehendak pantang larang sehingga melakukan perkara-perkara yang ditegah di dalam Islam seperti meninggalkan tanggungjawab sebagai suami atau isteri dan sebagainya.

3.5.4. Perkara-perkara yang harus dan halal tidak boleh dihukumkan haram.

3.6. Adab

3.6.1. Adab Murid Dengan Guru:

(a) Guru tidak boleh menganggap dirinya yang paling mulia dan tidak pernah bersalah.

(b) Guru hendaklah mengelakkan diri dari dianggap orang yang perlu ditaati secara mutlak.

(c) Guru tidak boleh menganggap orang lain lemah dan lekeh.

(d) Guru hendaklah melarang murid-muridnya memuja, mengagung dan taksub kepadanya.

3.6.2. Adab Sesama Murid Seperguruan:

(a) Seseorang murid tidak boleh memberikan hak secara khusus kepada murid seperguruannya sahaja, seperti memberi ucapan salam, tidak boleh bergaduh sesama ahli dan sebagainya.

(b) Seseorang murid tidak boleh menanam atau mengapi-apikan perasaan bangga diri dan taksub kepada kumpulannya sehingga memandang hina dan negatif kepada orang lain.

3.6.3. Adab Murid Dengan Orang Lain

(a) Seseorang murid tidak boleh mengutamakan guru silat dan murid-murid seperguruannya sehingga mengabaikan hak dan kewajipannya kepada ibubapa, suami, isteri, anak dan ahli keluarga.

(b) Seseorang murit tidak boleh memandang rendah dan hina terhadap orang bukan dari kalangan ahli silatnya.

(c) Seseorang murid yang beragama mesti menjalinkan ikatan persahabatan sama ada sesama ahli atau orang lain.

3.7. Gerak Langkah


(a) Gerak langkah silat tidak boleh dikaitkan dengan zat Allah dan sifat-sifat-Nya atau merupakan maksud di sebalik kalimah atau nama-nama Allah atau sifat-sifatNya.

(b) Gerak langkah silat tidak boleh diertikan sebagai maksud yang tersirat daripada ahli atau jasad Rasulullah s.a.w., para malaikat, nabi-nabi dan orang soleh.

(c) Gerak langkah silat tidak boleh dimaksudkan dengan perkara-perkara yang berkaitan dengan agama Islam atau perlakuan-perlakuan ibadat yang tertentu seperti dua kalimah syahadah dan sembahyang.

3.8. Amalan Dalam Silat

(a) Tidak boleh memuja dan memperhambkan diri kepada sesuatu kuasa atau peribadi yang boleh mendatangkan nasib baik atau buruk kepada seseorang seperti hantu, dewa, keramat, kubur, keris, busut dan sebagainya.

(b) Tidak boleh menggunakan tangkal dan azimat yang mengandungi rajah-rajah atau tulisan-tulisan yang tidak difahami, objek-objek tertentu dan bercampuraduk dengan ayat Al-Quran.

(c) Tidak boleh mengamalkan bacaan-bacaan tertentu yang tidak difahami maknanya dikhuatiri mengandungi kata-kata pemujaan kepada berhala, iblis, syaitan atau nama berhala orang kafir serta bercampur aduk dengan ayat al-Quran.

(d) Tidak boleh meninggalkan ibadat-ibadat wajib yang dituntut di dalam Islam seperti sembahyang lima waktu dan puasa di bulan Ramadan ketika melakukan amalan silat.

3.9. Pengijazahan


(a) Tidak boleh melakukan isyarat sembah atau gerak tubuh yang melambangkan ketundukan yang menyamai atau melebihi ketundukan yang hanya layak kepada Allah sahaja seperti tidak sembah kepada guru.

(b) Tidak boleh melakukan upacara-upacara yang mengandungi unsur-unsur penyembahan, pemujaan, memohon bantuan atau memperhambakan diri kepada kuasa-kuasa atau tenaga-tenaga ghaib seperti mempersembahkan sedulang makanan, menyembelih ayam dan sebagainya.

3.10. Matlamat Silat


(a) Matlamat silat hendaklah matlamat yang baik seperti untuk kesihatan tubuh badan, mendisiplinkan diri, hidup bermasyarakat, untuk mempertahankan diri dari bahaya dan sebagainya.

(b) Matlamat silat tidak boleh:

(i) Untuk membalas dendam, menuntut bela, membuat aniaya, menakut-nakutkan dan mengugut orang lain.

(ii) Untuk menanam sifat berani yang keterlaluan sehingga hilang hormat kepada ibubapa, guru, ahli keluarga dan lain-lain.

(iii) Untuk memupuk sentimen perkauman atau taksub golongan/kumpulan ekstrim agama yang melampau di kalangan ahli.

4. PENUTUP

Dengan mengikut garis panduan ini diharapkan para pengamal silat dan seni mempertahankan diri supaya dapat menghindarkan diri menyimpang daripada ajaran Islam yang benar, agar hidup sentiasa dirahmati Allah S.W.T.

Jabatan Kemajuan Islam Malaysia,
Kuala Lumpur.

Thursday, 24 February 2011

Kelahiran Silek Minang

Kelahiran Silek Minang terjadi pada saat yang bersamaan dengan kelahiran Minangkabau itu sendiri. Silek didirikan oleh Datuak Marajo Panjang dari Padang Panjang dan Datuak Bandaharo Kayo dari Pariangan. Dari pemikiran Datuak Marajo Panjang dan Datuak Bandaharo itulah lahir tiga hukum asli yaitu:
1. Hukum Simumbang Jatuah
2. Hukum Sigamak – Gamak
3. Hukum Silamo – Lamo
Ketiga undang-undang tersebut menjadi standar hukum bagi kedua Datuak (Datuak Perpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan), yang disebut disebut “Bajanjang Naiak Batanggo Turun“.
Pada waktu itu Datuak Suri Dirajo menciptakan ilmu pertahanan diri yang dikenal sebagai “Silek”. Sebelumnya, Datuak Suri Dirajo mewarisi ilmu bela diri (bukan silek) dari sang ayah Cati Bilang Pandai dan Sultan Maharajo Dirajo, ilmu pertahanan diri yang diwarisi oleh ayahnya disebut “Gayuang”.
silek_minang
Gayuang adalah ilmu bela diri yang digunakan untuk melawan atau untuk mengalahkan saingannya, sementara Gayuang terdiri dari dua macam. Gayuang Fisik dan Gayuang Mental. Apa yang dimaksud dengan “Gayuang Lahir” (Gayuang fisik) adalah menendang dengan tiga kaki untuk membunuh target atau lebih baik, yang dikenal dengan “Duo Sajangka Jari” (dua jari sepengukuran).
Dan target adalah diseluruh leher (jakun), pusar, dan kedua atas kaki atau kemaluan. Target ini telah menjadi sumber utama penciptaan Silek. Ilmu Gayuang Angin (Mental) adalah teknik berkelahi untuk mengalahkan lawan dengan sumber kekuatan mentalitas ke tiga sasaran penting dalam tubuh. Jantung, kelenjar getah bening dan hati. Ada juga memerangi mental lain, hal ini tidak disebut “Gayuang” karena itu digunakan beberapa alat atau media lain. Bentuk ilmu bisa bervariasi. Sijundai, Tinggam, Sewai, Parmayo dan sebagainya.
Ilmu ini masih disimpan oleh orang-orang tua Minangkabau sampai dengan saat ini yang dikenal sebagai tabungan ilmu (Panaruahan).
Di samping “Gayuang ilmu” yang dimiliki oleh Datuak Suri Dirajo, ia juga mewarisi ilmu pertahanan diri dari empat pengikut Sultan Maharajo Dirajo yaitu Kuciang Siam, Harimau Campo, Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim.
Kuciang Siam
Kuciang Siam adalah Pengikut Sultan Maharajo Dirajo yang disebut Ko-Chin yang berasal dari Siam sekarang disebut Muangthai (Thailand). Ko-Chin dihormati karena ilmu pertahanan diri yang dimilikinya mewakili gerakan kucing dan juga karakteristik kucing.
Harimau Campo
Harimau Campo atau Harimau Campa, adalah pengikut Sultan Maharajo Dirajo yang datang dari Kamboja dan nama itu dihormati karena ilmu pertahanan diri yang dimilikinya benar-benar buatan dari gerakan harimau.
Kambiang Hutan
Kambiang Hutan, yang nama aslinya Kan-Bin, adalah ahli bela diri dari Cambay di Malabar utara, dari gerakan pembelaan dirinya gerakan seupa kambing, ia dihormati dengan nama Kambiang Hutan.
Anjiang Mualim
Disebut Anjiang Mualim karena ilmu pertahanan diri serta strategi berperang untuk mengalahkan saingan dengan meniru gerakan anjing. Nama aslinya adalah An-Jin, yang berasal dari selatan Hindi atau Persia dan kata Mualim di sini berarti navigator.
Untuk Datuak Suri Dirajo semua ilmu warisan itu adalah satu dengan hasil yang berbeda dari yang asli. Ilmu ini kini dikenal dengan Silek Usali (Silek asli), setelah dikenal sebagai bangsal Silek Tuo (Silek Lama).
Pembangunan Silek
Perkembangan Silek dimulai seiring dengan perkembangan tanah Minangkabau itu sendiri. Perkembangan tanah Minangkabau disebabkan oleh berkembang biaknya penduduk Pariangan pada waktu itu. Sultan Maharajo Dirajo memerintahkan pengikutnya untuk memimpin tim dalam misi pembangunan di daerah itu.
Pada saat itu kelompok-kelompok dipimpin oleh:
  • Harimau Campo ditugaskan untuk membawa kelompok untuk Luhak Agam
  • Kambiang Hutan ditugaskan untuk tinggal Luhak Limapuluh
  • Kuciang Siam diarahkan ke wilayah Lasi
  • Anjiang Mualim membawa kelompok ke wilayah rantau.
Seiring pembangunan daerah terjadi pula perkembangan pendidikan “silek” Minangkabau. Namanya tidak lagi Silek Tuo Silek Usali, tetapi saat ini bervariasi berdasarkan nama wilayah (daerah) dan guru.
Sama seperti Silek Harimau Campo, Kambiang Hutan, Anjiang Mualim, Kuciang Siam, ada juga silek yang dikembangkan sesuai dengan pembangunan daerah seperti Silek Pakiah Rabun, Silek Lintau, Silek Inyiak Uban, Silek Starlak, Batu Mandi, Kumango, Silek Pauah, dan sebagainya.
Disamping Silek, Minangkabau selalu mengikuti perkembangan daerah (wilayah) dan ilmu pengetahuan.
Pada prinsipnya, sumber Silek Minangkabau berasal dari sumber tunggal yang dibuat oleh Datuak Suri Dirajo. Dan perkembangan wilayah Minangkabau menjadi lebih besar yang dinyatakan dalam sejarah bahwa Minangkabau timur adalah wilayah Melayu lama (Melayu tua) di utara Sriwijaya.
Hal ini didukung oleh pendeta Buddha, I’Tsing dalam perjalanan pulang ke Cina dari perjalanan ke India tahun 671. Hal yang paling menarik untuk sementara I’Tsing adalah perjalanannya ke ibukota daerah “Mo – Lo – Yoe” (Melayu) yang berada di lembah Waktu Kampar dan sungai-sungai Kampar Kanan pada siang hari di mana ia telah berhenti di kepalanya sendiri bayangan, yang berarti itu terletak di bawah garis khatulistiwa.
Selain perkembangan Silek Minangkabau yang telah dikembangkan serta perkembangan daerah baru, seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa penugasan tim untuk mengembangkan wilayah oleh Datuak Suri Dirajo dan Datuak Nan Baduo (Datuak Perpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan) ilmu Silek Minangkabau telah bervariasi.
Ilmu Silek Harimau Campo
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Harimau Campo adalah komandan yang memimpin tim ke daerah Luhak Agam. Karena akrab dengan masyarakat Minangkabau di Agam, anak dari Luhak Agam disebut macan. “Harimau Campo” juga mengajarkan Silek Tuo (Silek yang asli) kepada generasi yang secara dominan diwarnai dengan gerakan imitasi harimau dari daerah asalnya.
Ilmu Silek Kuciang Siam
Selain ilmu Silek Minangkabau yang dikembangkan di Canduang Lasi oleh Kuciang Siam dari generasi ke generasi. Secara umum masih Silek Tuo (Silek tua), tetapi pada dasarnya gerakan dominan dengan gerakan kucing, sebagai hewan peliharaan rumah untuk melindungi dari gangguan tikus.
Gerakan kucing sangat lembut dan tenang tapi berbahaya jika tertangkap olehnya. Ketika merasa diri di dihancurkan, yang pertama jatuh adalah kakinya dan tidak akan nyenyak, seperti tidak menginjak tanah. Dalam gerakan Silek, ada gerakan yang disebut “Jatuah Kuciang” berarti jatuh ke bawah seperti kucing.
Ilmu Silek Kambiang Hutan
Kan-Bin atau Kambiang Hutan yang berasal dari Cambay Malabar utara juga mewarisi ilmu atau Silek Tuo Silek Usali oleh Datuak Suri Dirajo. Ilmu Kambiang Hutan Silek dikembangkan di daerah Luhak Lima Puluh Kota, yang cirinya semacam ini bertindak lebih Silek gerakan menggunakan tangan di samping itu juga menggunakan memukul kepala dan kaki persimpangan tak terduga oleh lawan.
Ilmu Silek Anjiang Mualim
Anjing Mualim yang berasal dari Hindi selatan Persia atau Gujarat mengembangkan ilmu Silek Rantau Pesisir (wilayah rantau). Ketika kami anggap sudah seharusnya keberadaan Bukit Barisan (pegunungan) membentang dari Utara ke Selatan Barat Timur, dan dari pemerintah pusat ke Selatan bisa melihat etnis pegunungan dimulai dari Angkola, Mandailing, Minangkabau, Lebong, Rawas, Pasaman, gunung Marapi, gunung Seblat, gunung Kaba, dan Gunung Dempo, serta sungai mengalir dan pergi ke muara ini Pantai Timur Sumatera. Ini adalah daerah tempat An- Jin memimpin bagi pembangunan daerah asing serta tumbuh dari masyarakat. Semacam ini digunakan Silek gerakan pertempuran dan pertahanan dalam bentuk lingkaran.
Silek Usali (Silek Tuo) Silek Lama
Ilmu gayuang milik Datuak Suri Dirajo dan kombinasi dengan tiga jenis Silek di atas, adalah menciptakan Silek jenis bervariasi dari pertahanan diri dari Tanah Basa (India Selatan). Menangkap semacam ini disebut Silek begitu Silek Langkah Tigo (langkah tiga Silek) atau Silek Usali daripada yang bernama Silek Tuo, pada dasarnya adalah sumber utama Gayuang atau paling terkenal dengan sasaran “Sajangka Duo Jari”
Sasaran 
Sasaran (target) adalah tempat untuk mengajarkan murid (Anak Sasian) dari Silek. Ada beberapa cara atau beberapa persyaratan yang harus dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan “Alua jo Patuik”, diantaranta berdarah pada sasaran dengan darah ayam.
Pendidikan berbasis Silek ” Tau di Garak jo Garik” (mengerti gerak gerik) yang memerlukan kesadaran dan keputusan yang solid sebagai nasihat sebagai berikut:
Tahu dibayang kato sampai
Tahu di tunggua kamanaruang
Tahu dirantiang kamalantiang
Alun bakilek alah bakalam
Artinya:
Tahu apa yang sedang dikatakan
Tahu apa yang bahaya
Tahu apa yang akan terluka
Berpikir secara mendalam sebelum suatu tindakan
Syarat menjadi “Pandeka” (Pendekar) adalah mengetahui dari Garak jo Garik (tujuan dan tindakan). Garak di Minangkabau tidak berarti tindakan, ini berarti suatu tujuan atau isyarat. Atau dapat dikatakan dalam perasaan, sementara Garik berarti tindakan yang dapat terlihat sehingga dapat dihindari, dihentikan, ditangkap atau dikunci.
Pengaruh hukum adat adalah begitu kuat di Minangkabau yang benar-benar membantu dalam pembentukan jiwa Pendekar Minangkabau seperti:
Yang bajanjang batanggo turun naiak
Batatah babarih, jauah buliah ditunjuakkan
Dakek buliah dipacikkan, cancang mamampeh
Ndak lapuak dek hujan, ndak lakang dek paneh
Yang berarti:
- Hormat
- Penuh kepercayaan
- Kejujuran
- Loyalitas
Silek Dan Perkembangan Agama Islam
Setelah Agama Islam menyebar dengan cepat di tanah Minangkabau, perkembangan Silek maju dengan cepat disesuaikan dengan ajaran Islam.
Perkembangan Silek menyeberang ke Negeri Sembilan (Malaysia). Hal ini dapat dibuktikan oleh orang-orang Minangkabau pertama yang tiba di Negeri Sembilan, Datuak Raja dengan Tok Seri, dan dilakukan sebuah desa bernama Kampung Galau, yang diikuti oleh Datuak Raja dari keluarga Datuak Bandaharo Pangulu Alam dan tinggal di desa Sungai Layang.
Pada periode berikutnya diikuti oleh Sutan Sumaniak dan Johan Kebesaran dan berdiam di Gunung Pasir, dan demikian juga Datuak Putiah dan Sari Lamak yang akhirnya berdiam di Seri Menanti.
Raja pertama yang memerintah di Malaka pertama adalah Raja Malewar (1773 – 1795) dan dari sini kita bisa membandingkan bahwa ilmu Silek dari orang malayu yang kata mereka ilmu tentang Silek “Seni Gayong” (Gayuang) berasal dari Minangkabau, yang telah berubah sesuai dengan waktu dan daerah.
Perkembangan Setelah Reformasi Silek Islam
Pada masa keruntuhan Kerajaan Minangkabau ada juga reformasi pada ilmu Silek Minangkabau. Islam (Syi’ah) yang dikembangkan di Minangkabau tahun 1150. tiga haji muda Minangkabau pulang dari Mekah pada tahun 1803, untuk mereformasi Islam, yang memiliki kesempatan menyaksikan kekacauan di Minangkabau. Tiga Haji  itu adalah:
  1. Haji Miskin dari luhak Tanah Datar Masjid yang berada di tanah airnya Pandai Sikat
  2. Haji Piobang dari luhak Lima Puluh Kota
  3. Haji Sumaniak dari luhak Agam
Ketiga pria itu pulang ke Minangkabau untuk tujuan Reformasi Islam, dari Syi’ah ke keyakinan Wahabi. Dalam era reformasi ini, ketiganya dibantu oleh lima anak muda yang telah mempelajari Islam secara mendalam. Mereka adalah Tuanku Nan Renceh dari Kamang, Tuanku Nan Tuo dari Cangkiang, Malin Putiah di Aia Tabik, Tuanku Pamansiang dan Peto Syarif di Bonjol atau dikenal sebagai Imam Bonjol. Mereka, pada kenyataannya, lebih dikenal dengan nama “Harimau Nan Salapan” (delapan harimau).
Nama Harimau Nan Salapan terhormat untuk mereka, dalam kasus jalan mereka dalam reformasi Islam waktu itu diduga berada di kekerasan yang benar-benar melawan oleh kelompok-kelompok adat. Delapan harimau ini kemudian dikenal dengan “Harimau Nan Sambilan” (sembilan harimau), sejak Tuanku Rao menjadi anggota kelompok yang datang dari Rao Pasaman. Di samping ahli agama, mereka juga pengembang Silek Minangkabau.
Warisan Silek “Langkah Tigo” (tiga anak tangga) atau SilekTuo (Silek tua) mulai menjadi berwarna diskusi pendapat pendidikan Islam. Dari situs ini, daripada nama dan corak bervariasi dari Silek di Minangkabau mulai berkembang, pada umumnya adalah disempurnakan oleh kekuatan rohani melalui diskusi dan aktivitas ritual dilakukan berdasarkan pendidikan Islam.
Semakin berkembang daerah dan kebudayaan mereka semakin berkembang corak Silek Minangkabau. Nama Silek ada dan mengembangkan ideologi waktu itu bernama ini pada orang yang mengajar atau di daerah asalnya. Ini dapat dilihat dari beberapa ideologi Silek terkenal di Minangkabau.
Silek Kumango
Kumango adalah daerah di Sungai Tarab, Kabupaten Tanah Datar. Silek ini diciptakan oleh Syech Abdurrahman atau yang terkenal dengan nama Syech Kumango (1825). Di samping ajaran agama, Syech Kumango juga mengajarkan ilmu pertahanan diri Silek Tuo (Silek tua), yang berwarna inspirasi Islam. Sampai dengan saat ini Silek semacam ini telah disebut Silek Kumango, karena guru itu dari Kumango.
Untuk nama ideologi Silek, dari kasus ini, kita dapat menyatakan bahwa hal itu diambil dari nama daerah atau wilayah mana berasal dari orang yang diajarkan itu hanya sebagai salah satu murid Silek Kumango, Malin Marajo, ketika ia mengembangkan Silek semacam ini di Batu Sangkar, ideologi-nya adalah Silek Malin Silek Dipanggil Marajo.
Di samping itu terdapat juga Silek Pakiah Rabun dari Muaro Labuah, Silek Inyiak Uban dari Maninjau, Silek Lintau dari daerah di Lintau Lubuak Jantan Lintau Penuh daerah di Kabupaten Tanah Datar yang dikembangkan oleh Sutan Ahmad Tuanku Laras Lintau di awal dari Abad 19.
"Dalam hal ini, penulis mengatakan bahawa silek yang dikembangkan oleh Sutan Ahmad Tuanku Laras Lintau mengembangkan Silek Lintau Penuh dan bukannya Silek Lintau Langkah Empat seperti yang didakwa setengah pihak. Lintau Penuh ialah Silat Lintau yang dibawa ke Malaysia oleh Pandeka Talib dan dikembangkan di daerah Kuala Kangsar hingga Padang Rengas dan kemudiannya ke negeri Kedah Darul Aman dan Langkawi." Editor.
Silek Starlak, dari Kamang di Kabupaten Agam dikembangkan oleh Ulud Bagindo Chatib 1865. Perkembangan Silek sekolah serta nama-nama mereka, bagaimanapun, mempunyai efek yang besar terhadap sejarah tumbuh dari Silek di Minangkabau. Di samping variasi ideologi Silek yang dikembangkan di Minangkabau, telah terjadi penurunan keberadaan pendekar Silek Minangkabau yang benar-benar memahami atau mengetahui sejarah Silek Minangkabau.
Hal ini pada kenyataannya sangat menyedihkan, yang relevan terhadap kemajuan teknologi, sebagian besar masyarakat Minangkabau telah meniru kebiasaan impor dari negara asing dan kurangnya perhatian kaum muda untuk masa depan budaya adat tradisi yang katanya “ndak lapuak dek hujan ndak lakang dek paneh” (abadi)
Dan sehingga pendidikan Silek Minangkabau saat ini tampaknya langka. Hal ini, pada kenyataannya, yang dianggap sebagai sangat rahasia sistem pendidikan Silek itu sendiri, di mana umumnya seorang guru yang akan mengajar muridnya di malam hari, dan demikian juga para pewaris pendidikan itu seperti kata berikut. “kok ndak ado nan nan sajangka cari saeto (jika tidak ada yang sejengkal cari yang sehasta).
Ini berarti dalam menghasilkan ilmu Silek seorang guru tidak bisa mengajarkan kepada setiap orang, tetapi hanya untuk generasi mereka saja (keturunan/kaum mereka) seperti anak, keponakan, atau saudara. Apalagi dalam menghasilkan ilmu berbasis Silek sisi spiritual, ritual diskusi yang disebut “Panaruahan” atau tabungan, itu sebabnya pendekar Silek Minangkabau menjadi semakin berkurang. Ini dapat dibuktikan dengan minimnya pusat pelatihan Silek tradisional di Minangkabau.
Di pusat pelatihan Silek, murid tidak hanya diajarkan ilmu Silek tetapi juga sikap, filosofi kehidupan dan adat dan Budaya Minangkabau. Seorang murid akan disebut “pendekar” ketika dia telah sangat mengetahui dan sangat memahami philosopy kehidupan dan ajaran agama Islam.
Alam Takambang Jadikan Guru
Ini dapat dikatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik, para murid akan belajar lebih banyak dari alam dan memiliki rasa hormat yang lebih besar untuk semua hal yang didapatnya.
Ritual ini pendapat “Alam Takambang Jadikan Guru” (alam adalah guru terbaik) memiliki makna yang lebih besar tertutup alam semesta dan itu terkandung dalam pengajaran ilmu pengetahuan Silek. Secara formal, seorang guru Silek juga diajarkan filosofi hidup yang sangat berguna dalam membentuk kepribadian pesilat.Dalam Silek para murid juga diajarkan sikap, kesopanan dan kepribadian batiniah.
Sumber: