Padang, Kompas – Silat tradisi Minangkabau terancam punah karena kurangnya minat generasi muda untuk mempelajarinya.
Generasi muda lebih tertarik mempelajari ilmu bela diri yang berasal dari luar karena dengan mudah bisa dikuasai. Adapun seni silat tradisi Minang dinilai sangat rumit, filosofinya tinggi, bahkan sang guru (pandeka atau tuo silek) tak jarang dinilai pelit memberikan ilmu terbaiknya.
Ironisnya, perguruan silat tradisi Minang di luar negeri malah berkembang pesat, dengan jumlah murid mencapai lebih dari 20.000 orang.
Kalau hal ini tidak disadari, beberapa tahun ke depan orang Minang akan berguru ke luar negeri. Apalagi umumnya pandeka/tuo silek yang ada di sejumlah daerah di Sumatera Barat usianya sudah uzur dan jumlahnya pun terus berkurang, kini sekitar 70 orang.
Sebelum hal ini terjadi, Perhimpunan Aliran Silat Tradisi Minangkabau (PASTI Minangkabau) harus berupaya membuat program yang dapat menumbuhkembangkan silat tradisi Minangkabau.
Demikian dikemukakan budayawan Edy Utama dan pegiat seni tradisi Minang, Indra Catri, saat berbincang-bincang dengan Kompas di Bukittinggi dan Padang, Selasa (23/12).
Silat itu adalah ibu dari banyak kesenian tradisi Minang. Gerakannya mengilhami banyak karya tari, randai, dan sebagainya. Bila tidak dimulai dengan gebrakan baru untuk menumbuhkembangkannya, tak berapa lama lagi silat tradisi Minang akan punah, kata Edy Utama.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejumlah pandeka/tuo silek di Sumatera Barat sepakat untuk mewariskan ilmu silatnya kepada generasi muda, yang akan difasilitasi PASTI Minangkabau, yang terbentuk di Bukittinggi belum lama ini, dan keberadaannya diakui Pengurus Pusat Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).
Menurut Harris Syofyan, pengurus PASTI Minangkabau, saat ini pihaknya baru menghimpun 21 aliran silat tradisi Minangkabau, dengan jumlah pandeka/tuo silek atau guru besar sekitar 79 orang.
Edy Utama menjelaskan, PASTI Minangkabau secepatnya menggelar festival silat tradisi Minang. Tujuannya, selain menggalakkan olahraga dan seni silat tradisi, juga untuk pendokumentasiannya.
Kalau perlu, perguruan silat tradisi Minang di luar negeri yang ada di sejumlah negara seperti di Spanyol, Belanda, Australia, Amerika, dan sebagainya itu kita undang. Untuk mencapai tingkat tertinggi (pendekar), murid-murid dari perguruan silat di luar negeri harus dilaksanakan di Sumatera Barat, ungkapnya.
Indra Catri menambahkan, pekerjaan besar yang harus segera dilakukan PASTI Minangkabau adalah pendokumentasian aliran silat tradisi Minang yang kini terancam punah tersebut.
Agar tidak punah, setiap aliran silat yang jumlahnya mencapai seratus itu harus didokumentasikan melalui audio-visual dan dibukukan.
Hanya dengan cara demikian, aliran silat itu bisa diketahui sejarahnya, bagaimana gerakannya, filosofi gerakannya, dan sebagainya. Kalau generasi muda kita menyadari, sebenarnya silat tradisi Minang itu hebat dan bisa mengungguli ilmu bela diri mana pun, dan itu sudah pernah dilakukan oleh guru-guru silat ketika diuji oleh ilmu bela diri lain seperti karateka, taekwondo, judo. Bahkan, banyak di antaranya yang tertarik mendalami ilmu silat tradisi Minang ini, katanya.
Catri menjelaskan, silat tradisi Minang tidak mengandalkan tenaga seperti ilmu bela diri lain, tetapi mengandalkan akal, bagaimana menghindari dan menangkis serangan lawan dengan sedikit gerakan, sigap dan tangkas, yang terkadang bagaikan secepat kilat. Filosofi silat Minang itu; lahir silat mencari kawan, batin silat mencari Tuhan. (NAL)
No comments:
Post a Comment